Heading pada WordPress: Mudah Kok!

4 mins read

Ketika menulis blog tentunya ingin menghasilkan tulisan yang tidak hanya memberikan informasi yang berguna, tetapi juga mudah dipahami dan mengandung elemen SEO agar bisa mendapatkan lebih banyak pembaca.

Jika tulisan atau artikel Anda menarik, kemungkinan besar pembaca akan tertarik untuk menjelajahi blog Anda lebih lanjut dan membaca tulisan-tulisan lainnya, sehingga blog Anda akan mendapatkan lebih banyak pengunjung. Selain judul yang menarik, salah satu cara yang bisa Anda gunakan adalah dengan memanfaatkan heading.

Ya, “heading” seperti yang ada di Microsoft Word! Jika Anda sudah pernah menggunakan heading di Ms. Word, Anda akan menemukan bahwa penggunaan heading di WordPress akan terasa lebih mudah.

Apa itu Heading?

Heading tidak hanya berguna secara visual untuk membedakan ukuran dan format tulisan, tetapi juga memiliki peran penting dalam optimisasi mesin pencari Google agar artikel Anda lebih mudah terdeteksi. Berakar dari kata “head,” heading dapat diartikan sebagai “kepala” atau judul yang mengawali sebuah pembahasan.

Sama seperti di Ms Word, fungsi heading di WordPress juga untuk membagi pembahasan menjadi beberapa subbab. Heading diperlukan pada hampir setiap artikel agar pembaca tidak merasa pusing atau bingung saat membaca tulisan di blog.

Heading 1 (H1) merupakan heading paling penting yang harus Anda gunakan dalam setiap artikel, karena H1 adalah judul utama artikel atau halaman blog Anda. Semakin besar angkanya, maka topik yang dibahas akan semakin berkurang kepentingannya.

Oleh karena itu, sebenarnya Anda tidak perlu menggunakan seluruh heading dalam artikel Anda jika tidak banyak subbab yang dibahas. Gunakan heading sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas pembahasan Anda. Hal ini akan membantu pembaca untuk lebih mudah memahami struktur artikel Anda dan meningkatkan keterbacaan serta kualitas konten secara keseluruhan.

Apa Fungsi Heading pada WordPress?

Ketika Anda mengklik panel di bagian kiri atas halaman penulisan artikel baru di blog WordPress, Anda akan menemukan beberapa opsi seperti “Paragraph,” “Heading 1,” “Heading 2,” dan seterusnya hingga “Heading 6.” Opsi-opsi ini digunakan untuk membagi topik pembahasan yang disusun dalam sebuah artikel.

Umumnya, setiap heading mengandung kata kunci utama dalam artikel untuk mempermudah deteksi oleh mesin pencari Google.

Sebelum menggunakan headings, penting untuk menentukan poin-poin kunci yang akan dibahas dalam artikel. Hal ini membantu pembaca memahami gambaran tentang topik yang akan dibahas serta memungkinkan mereka untuk langsung menuju ke bagian yang diminati jika tidak ingin membaca keseluruhan artikel.

Selain itu, penggunaan kata kunci utama dalam headings akan membantu pembaca dan mesin pencari memahami topik artikel dengan lebih baik.

Cara Menggunakan Heading WordPress

Setelah memindahkan tulisan ke halaman “Add New Post” di blog WordPress, pastikan untuk membaginya menjadi beberapa subbab. Selanjutnya, tandai judul subbab yang telah dibuat agar memudahkan pencarian saat hendak diubah menjadi heading. Jika tulisan sudah mencapai 5 paragraf, disarankan untuk membuat subbab baru.

Biasanya, pembaca akan kesulitan memproses paragraf yang terlalu panjang saat membaca dari layar. Oleh karena itu, pastikan setiap paragraf tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Paragraf yang ideal terdiri dari minimal 3 kalimat dan maksimal 5 kalimat untuk menjaga kelancaran pembacaan dan kesan ringkas.

Ketika siap mengubah judul subbab menjadi heading, tandai judul tersebut. Namun, hindari membuat judul subbab yang terlalu pendek menjadi heading; carilah deskripsi yang singkat tetapi padat untuk menggambarkan subbab tersebut.

Kemudian, klik opsi yang ditandai sebagai “Paragraph” di sudut kiri atas kolom artikel Anda. Pilih “Heading 2” (H2) sebagai tanda untuk topik pertama dari subbab artikel.

Prinsip yang serupa berlaku saat Anda membuat subbab lain yang sejajar dengan subbab pertama Anda. Tandai frasa yang mewakili subbab tersebut, kemudian ubah menjadi H2. Ini dapat dilihat pada ilustrasi berikut.

Penggunaan Heading 3 (H3) dan seterusnya berlaku ketika Anda membuat subbab yang membahas topik secara lebih detail. Ini berarti H3 merupakan subbab dari H2. Perbedaan ukuran heading di WordPress dapat dilihat dalam ilustrasi di bawah ini.

Pastikan Anda mengikuti hierarki heading dengan tepat dan tidak melangkahi setiap level heading. Sebagai contoh, gunakan Heading 4 (H4) setelah Anda membuat subbab dengan format H3, daripada menggunakan H4 setelah H2.

Selain itu, pastikan kata kunci yang Anda gunakan terletak di dalam H2, karena Google menggunakannya untuk menempatkan peringkat tulisan Anda dalam hasil pencarian.

Kesimpulan

Heading WordPress merupakan elemen yang sangat penting yang harus selalu disertakan dalam setiap tulisan yang Anda unggah ke blog Anda. Selain membedakan ukuran judul subbab dari teks utama, heading WordPress juga berfungsi sebagai dukungan untuk SEO yang akan dideteksi secara otomatis oleh mesin pencari Google. Dengan memanfaatkannya secara optimal, ini dapat meningkatkan lalu lintas kunjungan ke blog Anda.

Jika blog Anda telah mencapai jumlah pengunjung yang signifikan, Anda mungkin ingin mempertimbangkan untuk meningkatkannya menjadi website yang lebih profesional. Selain meningkatkan jumlah pengunjung, informasi yang disajikan di website juga lebih dipercaya dan dapat digunakan sebagai referensi dalam konteks akademik.

Share: